Sabtu, 15 Desember 2012

cerpen pendidkan


Cerpen Bertema Pendidikan
  Menjemput Impian  



PENULIS : MASHRUHAN
Pagi itu Danu di dalam kamarnya yang tampak berantakan dan tidak rapi tampak bermalas-malasan di tempat tidurnya. Jam weker yang berada di atas meja belajrnya telah menunjukkan pukul delapan pagi. Ia malah tampak menguap saja berkali-kali tanpa menghiraukan matahari yang telah menjulang tinggi.
“Dan…bangun, bangun, bangun, sampai di panggil berkali-kali oleh ibunya, Danu tetap saja tidak bangun. Akhirnya Danu!” teriak Bu Fatimah membangunkan Danu.
Akan tetapi Danu tetap saja teguh dengan pendiriannya untuk tetap menikmati tidurnya bagaikan menikmati surga di alam bawah sadarnya. Pada saat itu ia merasa telah menjadi seorang raja yang kaya raya dan mempunyai banyak permaisuri yang senantiasa dikawal oleh pengawal yang kekar badannya yang selalu siap menjaga kapan pun dan di mana pun ia pergi. Sesaat ia tengah jalan-jalan dengan salah satu permaisurinya yang begitu mempesona.
“Duh, sungguh nikmat serta beruntunglah akau mendapatkan seorang permaisuri yang begitu cantik dan mempesona.” Begitulah kata-kata Danu dalam hatinya.
Di tengah-tengah perjalanan, tiba-tiba hujan menguyur mereka berdua sehingga basah kuyup. Mendadak sang permaisuri marah kepadanya tanpa sebab. Karena tak kuat dengan rasa dingin dan marahnya dari permaisuri, Danu pun mulai perlahan-lahan membuka matanya. Saat terbagun ia sudah basah kuyup seluruh tubuhnya. Ternyata Bu Fatimah telah menyiram Danu dengan seember air sambil marah-marah.
“Aduh, Bu’….Ibu ini gimana tho? Kok Danu disiram air, kan dingin Bu.”
“Oalah, le, le, dasar anak nggak tahu diri! Sekarang ini sudah jam berapa?”
“Baru aja jam setengah Sembilan, kan masih pagi Bu…” wong nanti masuk kuliahnya jam setengah sepuluh.”
“Jam setengah Sembilan kamu bilang masih pagi? Dasar bocah malas! Mau jadi guru macam apa , kalu bangunnya siang terus, bisa-bisa berengkat ngajr para muridmu telat. Ayo cepat bangun, terus siap-siap untuk berangkat kuliah biar nanti nggak telat.”
Keluarga Danu memang tergolong keluarga yang standard dalam kekayaannya. Bu Fatimah merupakan seorang Guru di Sekolah Dasar, Pak Budi Guru di SMP di kecamatannya, untuk kakanya yang bernama Sulasmi sekarang sudah selesai kuliah S1 nya, dan mengajar di sebuah SMA di daerah kabupaten, sedangkan untuk Danu sendiri masih kuliah pada tingkat akhir dan setahun lagi dia lulus dari perkuliahanya. Benar-benar keluarga yang guru sejati.
Sewaktu sampai di kampus, ternyata Dosen yang mengampu mata kuliah hari itu tidak hadir karena sakit, dan digantikan oleh dosen lain. Dosen yang mengantikan adalah Prof. Suranto, beliau merupakan Guru besar di fakultas yang diambil oleh Danu. Tetapi pada saat itu Prof. Suranto tidak memberikan materi, tetapi beliau bercerita yang bertujuan untuk memotivasi saya dan teman-teman.
Danu tampak berpikir sejenak tentang cerita yang disampaikan oleh Prof. Suranto. Satu jem kemudian perkuliahan telah selesai, sebelum menutup perkuliahan tersebut ada kalimat yang diucapkan oleh Prof. Suranto. ” Semoga kalian sukses” dengan serempak semunya menjawab “Amiiiiiiin”.
Sesampainya di rumah pun Danu masih saja terus memikirkan tentang cerita yang disampaikan tadi oleh Prof. Suranto. Hari itu ia malamun sampai larut malam sejak pulang dari kuliah tadi siang. Bu Fatimah menjadi heran dengan melihat tingkah laku Danu yang tidak biasanya itu.
“Ada apa tho le? Dari tadi ibu lihat kamu kok melamun terus? Apa ada masalah? Kalau ada masalah bicara sama ibu, barangkali Ibu bisa bantu.”
“Nggak ada masalah kok , Bu. Danu Cuma berpikir aja, bagaiman caranya Danu bisa seperti orang yang diceritakan oleh Prof. Suranto tadi pas kuliah. Cerita tersebut menceritakan bahwa ada orang yang sukses menjadi guru yang telah diimpikannya, padahal tadinya orang itu malas saat kuliahnya. Orang tersebut menjadi rajin karena sebelum ibunya meninggal beliau menginginkan anaknya sukse kelak.”
“Gitu Bu ceritanya”. Mendengar cerita itu Ibunya malah senyum-senyum sendiri.
“Ibu ini gimana tho, katanya bisa bantu? Kok malah senyum-senyum sendiri? Apa Ibu nggak ingin anaknya berubah nggak jadi malas lagi?. Bukannya mengejek le, tapi bener apa yang diceritakan oleh Profmu itu ada benarnya.
“Bukannya kamu memimpikan ingin menjadi guru yang sukse?” ia Bu, saya ingin menjadi Guru yang sukses, Jawab Danu. Makanya ubahlah kebiasaanmu saat ini yang tadinya malas menjadi rajin, dan mulai sekarang jemput impianmu menjadi guru yang sukses dan tidak malas.”
Pagi ini rasanya tidak seperti biasanya. Entah angin apa yang membawa Danu hingga pagi-pagi sekali Danu sudah bangun dari tempat tidurnya. Pukul tujuh ia sudah siap-siap untuk berangkat kuliah, sambil duduk-duduk ia membayangkan ia menjadi guru yang sukses seperti yang selalu ia bayangkan.
“lo, le kok malah duduk-duduk aja? Sana berangkat kuliah, bukanya kamu ingin berubah dan menjemput impianmu menjadi guru yang sukses?”
“Oke, Bu! Danu siap berangkat dan menjemput impian Danu.” Tapi Bu, sebelumnya uang saku dulu, he,he,he…..